Archives 2024

Press Release, Nusa Bali, Garap Gebuk Ende untuk akhiri kemarau panjang

SMP Negeri 4 Denpasar ikut meramaikan lomba balaganjur se-Bali kelompok umur anak-anak serangkaian HUT Ke-14 Ibukota Kabupaten Badung, Mangupura. Spenfour bakal menampilkan garapan bertajuk ‘Gebug Ende’ yang terinspirasi dari kondisi kemarau panjang di Bali.

SMP Negeri yang terletak di Jalan Gunung Agung, Denpasar Barat ini akan tampil di panggung terbuka Balai Budaya Giri Nata Mandala, Puspem Badung pada Minggu (12/11/2023). Sejumlah 36 siswa dan siswi berbakat Spenfour bakal menantang kontestan lain yang datang dari seluruh Pulau Bali.

SMP 4 Denpasar Ramaikan Lomba Baleganjur HUT Mangupura

SMP Negeri 4 Denpasar ikut meramaikan lomba balaganjur se-Bali kelompok umur anak-anak serangkaian HUT Ke-14 Ibukota Kabupaten Badung, Mangupura. Spenfour bakal menampilkan garapan bertajuk ‘Gebug Ende’ yang terinspirasi dari kondisi kemarau panjang di Bali. SMP Negeri yang terletak di Jalan Gunung Agung, Denpasar Barat ini akan tampil di panggung terbuka Balai Budaya Giri Nata Mandala, Puspem Badung pada Minggu (12/11/2023). Sejumlah 36 siswa dan siswi berbakat Spenfour bakal menantang kontestan lain yang datang dari seluruh Pulau Bali.

Sejarah Tari Legong

Tari Legong adalah sebuah tarian tradisional Bali yang sangat terkenal dan dianggap sebagai salah satu tarian paling anggun dan elegan. Tarian ini memiliki sejarah panjang dan kaya di pulau Bali, Indonesia. Berikut adalah sejarah singkat Tari Legong:

  1. Asal Usul: Tari Legong memiliki akar dalam kebudayaan Bali dan diyakini berasal dari zaman kerajaan di Bali. Beberapa sumber menyatakan bahwa tarian ini pertama kali muncul di abad ke-19, sementara yang lain berpendapat bahwa Tari Legong sudah ada sejak abad ke-18.
  2. Legenda Raja Bali: Salah satu legenda yang terkait dengan Tari Legong adalah kisah tentang Raja Bali yang menciptakan tarian ini untuk menghibur para dewa. Dalam legenda ini, tarian ini dianggap sebagai bentuk persembahan kepada para dewa.
  3. Hubungan dengan Ritual Keagamaan: Tarian tradisional di Bali sering kali terkait erat dengan kegiatan keagamaan. Tari Legong juga dapat ditemukan dalam konteks upacara keagamaan dan ritual di kuil-kuil Bali.
  4. Pengaruh Kerajaan di Bali: Tarian ini juga berkembang di bawah pengaruh kerajaan di Bali. Kerajaan-kerajaan seperti Kerajaan Sukawati dan Kerajaan Gianyar mendukung perkembangan tarian ini dan memberikan dukungan finansial.
  5. Evolusi dan Pertunjukan Modern: Seiring berjalannya waktu, Tari Legong mengalami evolusi dalam gaya, kostum, dan musiknya. Meskipun tetap mempertahankan esensi tradisionalnya, beberapa versi modern Tari Legong juga telah muncul.
  6. Tentang Legong Keraton: Tari Legong terbagi menjadi beberapa jenis, salah satunya adalah Legong Keraton. Tarian ini biasanya dipentaskan oleh penari muda, sering kali anak-anak, dan memiliki gerakan yang sangat halus dan indah.
  7. Daya Tarik Internasional: Tari Legong tidak hanya populer di Bali atau Indonesia, tetapi juga telah menjadi daya tarik internasional. Banyak wisatawan yang datang ke Bali khususnya untuk menyaksikan pertunjukan Tari Legong.
  8. Pelestarian dan Pengembangan: Meskipun Tari Legong tetap mempertahankan akar tradisionalnya, ada upaya untuk melestarikan dan mengembangkan tarian ini agar tetap relevan dalam konteks seni pertunjukan modern.

Tari Legong terus menjadi bagian penting dari warisan budaya Bali dan merupakan salah satu ekspresi seni tradisional yang paling dihargai di Indonesia.

Tarian Penyambutan Panyembrama

Panyembrama Adalah Tari Tradisional Bali Yang Dipentaskan oleh penari – penari wanita secara berkelompok. Dirancang sedemikian rupa baik Lirik mata, senyum, keceriaan dari setiap gadis yang membawakan tarian ini sehingga seirama dengan musik, atau gamelan, hentakan kaki,  gemulai tangan, kelembutan jari jemari, gerakan tubuh serta goyangan pinggulnya membuat nilai tambah dari keramahan dibandingkan dengan tarian Bali lainnya dalam hal penyambutan.

Di Bali, selain digunakan sebagai tari penyambutan, tari ini juga sering dipentaskan dalam upacara agama hindu di pura sebagai tari pelengkap persembahan sebelum tari sanghyang atau rejang.Gamelan yang digunakan dalam tarian ini adalah gong kebyar dan dalam pentas menggunakan pakaian adat Bali.
2.Lukisan Tari Panyembrama Larik kata Panyembrama

bermakna penyambutan, dimana hal tersebut terangkum pada gerak tari ini yang melukiskan keramahan serta penghormatan. Serpih-serpih kembang yang ditaburkan ke hadapan para tamu adalah ungkapan selamat datang. Tari ini tercipta awal tahun tujuh puluhan oleh seniman I Nyoman Kaler (Alm).
3.Sejarah

Tari Panyembrama (asal kata sambrama yang berarti sambutan) merupakan tari tradisional bali yang sering ditampilkan dalam menyambut tamu, yang biasanya tamu istimewa. Namun, awalnya Tari Panyembrama merupakan tari pelengkap persembahan sebelum Tari Sanghyang atau Rejang yang dipentaskan dalam upacara di Pura bagi umat Hindu. Tarian ini diciptakan oleh maestro tari I Nyoman Kaler (alm) dengan penata tabuh oleh I Wayan Bratha (alm) pada awal tahun 70-an dan ditampilkan pertama kali pada tahun 1971 pada Perayaan Pandan.Bentuk tarian ini    telah diajarkan di sekolah tari Bali, dan digunakan di tempat ibadah pada upacara keagamaan

4.Tata Busana Tari Panyembrama

1.Tapih  : Paling pertama digunakan, warnanya kuning dipakai sampai di bawah mata kaki.

2.Kamen : Warna hijau, digunakan setelah  tapih dipakai di bawah lutut,  1 tapak dari bawah lutut.

3.Sabuk Prada : Di gunakan dengan  cara dililitkan pada tubuh penari sampai di dada

4.Selendang : Warna kuning, dipakai dililitkan pada dada

Di kepala:

1. Bunga Emas : Di pakai di kepala
2. Cemara
3.Bunga Imitasi warna merah
4.Rambut di sasak

Properti

  1. Bokor
  2. Canang

5.Iringan Tari Panyembrama

Tari ini diiringi oleh musik tradisional Gong Kebyar dengan struktur iringan Pengawit, Pepeson, Pengawak, Pengecet, dan Pekaad. Pengawití adalah bagian awal dari sebuah iringan tari sebagai pembuka sebelum penari memasuki panggung. Kemudian, penari biasanya keluar pada bagian Pepeson. Bagian Pengawak adalah bagian inti dari suatu iringan tabuh. Pada bagian inilah penari menarikan ide utama dari tari tersebut. Selanjutnya, tempo iringan dinaikan pada bagian Pengecet, yang menandakan sebuah tarian akan selesai. Pada akhir iringan, yaitu bagian Pekaad, tarian telah selesai dan penari meninggalkan panggung.